AdaHobi, Tari Tanggai bukan sekedar seni tari yang menampilkan gerakan gemulai saja, tarian ini juga mempunyai sejarah dan maknanya sendiri.
Yuk pelajari selengkapnya mengenai tarian khas tanah Sumatera ini. Kita bahas lengkap mulai dari sejarah, fungsi, keunikan serta perkembangannya saat ini.
Apa Itu Tari Tanggai?
Menurut sejarah, tari tanggai berasal dari daerah Sumatera Selatan, lebih tepatnya di Kota Palembang.
Sebagai tarian yang difungsikan untuk menyambut tentu saja setiap gerakannya terkesan ramah dan hangat.
Ibaratnya, gerakan tari tanggai seolah menjadi simbol bagaimana penduduk Palembang menyambut dan menghormati kedatangan para tamu.
Tarian khas Sumatera ini juga umumnya dipentaskan dengan musik pengiring. Tentu saja musik ini menggunakan alat kesenian tradisional setempat.
Selain itu, para penari juga akan mengenakan busana yang khas. Salah satunya yaitu menggunakan tanggai.
Nah istilah tanggai inilah yang menjadi sebutan atau nama dari tarian ini. Arti sebenarnya adalah kuku palsu berbahan dasar perak atau kuningan yang digunakan pada ujung jari tangan penari.
Biasanya masing-masing penari akan mengenakan tanggai di delapan jarinya kecuali pada kedua jari jempol.
Sejarah Tari Tanggai

Sama seperti kesenian lainnya, tarian ini juga mempunyai perjalanan sejarah yang tidaklah singkat.
Menurut beberapa sumber disimpulkan bahwa pencipta tari tanggai justru adalah masyarakat Budha.
Tari Tanggai ini lahir dari adanya ritual persembahan masyarakat Budha pada masa itu. Ritual ini dilakukan terhadap Dewa Siwa di daerah Sumatera Sulawesi tempo dulu. Jika diulik lebih dalam, tentu asal usul tarian ini sangatlah masuk akal.
Kota Palembang dulunya memang menjadi pusat kerajaan Budha terbesar yaitu Kerajaan Sriwijaya.
Inilah mengapa Tanggai menjadi satu tarian yang disakralkan dan suci pada masa itu. Dan fungsinya lebih pada momen sakral seperti persembahan dewa – dewi.
Dengan alasan sakral inilah tarian Tanggai dijaga secara turun temurun. Setidaknya ini terus berlangsung hingga adanya larangan penari wanita pada masa penjajahan Belanda.
Dan mulai tahun 1920, tari Tanggai benar-benar baru bisa ditarikan kembali. Tentu saja pertunjukan tari ini diengkapi properti khasnya yaitu berupa tanggai dan sekapur sirih.
Dari sinilah nama tarian kemudian mengalami sedikit perubahan. Terutama dalam penyebutannya yang menjadi Tari Tanggai dan Tari Tepak.
Untuk fungsinya bergeser dari persembahan menjadi penyambutan. Ini dilatarbelakangi karena pada masa itu Kota Palembang memang belum memiliki tarian selamat datang atau penyambutan.
Penobatan fungsi tarian ini sebagai tarian penyambutan dikukuhkan oleh Elly Rudi selaku pencipta tari Tanggai dan Anna Kumari.
Makna Tarian Tanggai
Tari Tanggai termasuk jenis tari yang terbilang cukup unik. Artinya bukan sekedar tarian gemulai semata namun ada makna yang terkandung di dalamnya.
Dari gerakan yang dibawakan tampak bagaimana ungkapan selamat datang dari orang yang memiliki hajat atau acara untuk tamu yang datang.
Sebagai tari penyambutan, Tanggai ini menjadi simbol bahwa tamu sangat diterima dan dihormati oleh tuan rumah.
Ini bisa terlihat dari adanya pemberian sekapur sirih untuk tamu yang terpilih pada bagian tarian. Tamu terpilih ini biasanya merupakan tamu yang paling dihormati kedatangannya.
Fungsi Tari Tanggai

Seperti yang sudah diulas secara singkat pada bagian sejarah tari Tanggai, soal fungsi tarian ini sudah bergesar.
Awalnya tarian ini dibawakan untuk upacara sakral atau persembahan. Namun kini, tari Tanggai lebih difungsikan sebagai simbol ramah tamah yakni penyambutan para tamu yang datang ke tanah Sumatera.
Kita bisa menyaksikan keunikan tari tanggai ini di beberapa kegiatan yang cukup sering diadakan. Misalnya saja acara resmi seperti acara kedinasan, penyambutan kunjungan tamu penting hingga festival budaya.
Jika beruntung, kita juga bisa menemukan tarian ini di pagelaran seni sekolah maupun komunitas tertentu.
Banyak sanggar seni Kota Palembang biasanya memiliki kostum tari tanggai lengkap dengan propertinya.
Hal inilah yang menjadi alasan mengapa pementasan tari Tanggai ini bisa dengan mudah ditemui.
Adapun melanjutkan pembahasan mengenai fungsi, berikut ini beberapa fungsi lain dari tarian Tanggai:
1. Sebagai Legitimasi pada Upacara Adat Pernikahan
Dalam acara pernikahan, tari tanggai juga dibawakan untuk menyambut tamu. Bisa dikatakan tarian ini menjadi simbol penyambutan antar keluarga mempelai.
Untuk keperluan upacara adat pernikahan tentu saja ada yang berbeda dari segi susunan para penarinya.
Ini bisa dilihat dari prosesi penari yang menjahului iringan pengantin dan keluarga mempelai saat memasuki area resepsi.
Polanya yakni sepasang penari ada di garis terdepan lalu disusul oleh dua pendamping pengantin.
Untuk pendamping pengantin ini biasanya diperankan oleh anak – anak dengan rentang usia sekitar 7 – 11 tahun.
Susunan terakhir nantinya akan ditutup oleh iringan orang tua dan kerabat dekat dari masing – masing mempelai.
Tarian ini tidak hanya difungsikan untuk sebagai iringan untuk mengantarkan pengantin ke gedung resepsi saja.
Setelah pengantin duduk di pelaminan, selanjutnya pertunjukan tarian akan dimulai. Tarian ini difungsikan sebagai simbol penghormatan terhadap kehadiran tamu.
Lazimnya, tarian ini akan berlangsung sekitar pukul 11.00 hingga 20.00 WIB. Durasi tarian maupun kapan waktunya ditampilkan tentu saja bisa disesuaikan dengan jadwal acara masing-masing.
2. Tari Tanggai Sebagai Media Hiburan Rakyat
Tidak hanya difungsikan dalam kegiatan sakral saja, tarian ini juga dimanfaatkan sebagai media hiburan masyarakat.
Pagelaran seni banyak yang menampilkan tari Tanggai sebagai pertunjukan pembuka. Hal ini karena antusias penonton biasanya juga terbilang tinggi.
Sebenarnya tidak hanya menghibur, pertunjukan tarian khas Sumatera ini juga dijadikan sebagai sarana edukasi.
Terutama dalam hal menjaga tradisi dan kearifan lokal setempat. Dan tentu saja untuk mengenalkan tarian ini kepada generasi muda agar eksistensinya tetap terjaga kelak.
3. Tari Tanggai Sebagai Media Pendidikan Nilai-nilai Luhur
Seperti yang sudah diulas di atas, tarian ini bukan sekedar gerakan yang indah saja. Pada setiap sesi pertunjukan terdapat juga makna yang ingin disampaikan. Salah satunya yakni mengenai sifat menghormati kedatangan tamu.
Nilai-nilai luhur yang terkandung setidaknya bisa menjadi pemantik bagi generasi muda untuk menjaga tindak tanduk yang positif tentang bagaimana cara menghormati tamu yang datang ke wilayahnya dengan sambutan yang ramah.
Gerakan Tari Tanggai

Tari Tanggai setidaknya mempunyai tiga bagian penyusun. Dalam bagian tarian yang dibawakan tentu memiliki susunan yang berbeda pula.
Tidak sekedar gerakan dengan kesan menyambut yang dibawakan asal-asalan, berikut ini bagian deskripsi lengkap mengenai gerakan tari Tanggai.
-
Gerakan sembah, dimana gerakan ini dibawakan dengan cara berdiri dan duduk,
-
Gerakan Borobudur, yaitu gerakan saat penari berdiri dan duduk,
-
Gerakan kecubung, yaitu pada posisi berdiri kanan dan kiri serta posisi duduk kanan dan kiri,
-
Gerakan Tabur atau Tabor dilakukan dengan duduk kanan dan kiri,
-
Gerakan Siguntang Mahameru, diperakan dengan gerakan dengan posisi duduk kanan dan kiri,
-
Gerakan mendengar yang dibagi atas mendengar dengan posisi berdiri kiri dan kanan serta posisi duduk kiri dan kanan,
-
Gerakan tutur sabda yang dilakukan setiap satu kali, tepatnya saat posisi penari sedang duduk,
-
Gerakan Tolak Balak, dimana diperagakan saat penari berdiri kiri dan kanan,
-
Gerakan Elang Terbang. Gerakan dibagi menjadi dua posisi yaitu berdiri dan duduk,
-
Gerakan Jalan Keset diperagakan satu kali dengan posisi berdiri,
-
Gerakan Jalan Jinjit diperagakan dengan cara jalan yang akan dijinjit pada bagian kaki,
-
Gerakan duduk Momjong dan duduk Tafakur,
-
Gerakan Kaki Tunjang dan Kaki Sambar,
-
Gerakan Memohon,
-
Getakam Nyumping,
-
Terakhir Gerakam Tumpang Tali.
Pola Lantai Tari Tanggai
Bisa diamati bahwa tari tanggai menggunakan pola lantai yang mana para penari umumnya akan membawakan tarian yang menyerupai huruf V. Selain itu, terdapat juga pola gerakan yang dilakukan secara horizontal dan melingkar.
Untuk pola lantai yang dibawakan menyerupai huruf V ini sendiri bisa dilihat saat lima orang penari membentuk jejer dua kanan, dua kiri dan satu pada bagian tengah. Mudahnya susunan penari ini seolah-olah menyerupai huruf V dari kejauhan.
Baca juga : Tari Gending Sriwijaya : Ketahui Sejarah, Keunikan dan Gerakannya
Pakaian atau Kostum Penari Tanggai
Pada dasarnya, penari Tanggai ini akan tampil dengan kostum inti. Dimana setiap penari akan mengenakan bawahan dari kain songket yang dipadukan dengan atasan berupa dodot. Namun untuk momen tertentu, kostum tari Tanggai ditampilkan dengan wajah baru.
Setidaknya sekarang ini terdapat empat jenis kostum tari Tanggai yang umum dipertunjukan. Setiap jenis kostum yang akan digunakan bisa disesuaikanlagi dengan tema, situasi, serta kondisi acara yang dilaksanakan.
Adapun 4 macam kostum yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Aesan Dodot
Arti kata aesan ialah hiasan, dodot merupakan songket dada yang dikenakan oleh pengantin pria dan wanita dalam adat Palembang. Kain songket merupakan salah satu kain yang selalu ada dalam setiap acara adat Palembang.
2. Aesan Paksangko

Aesan Paksangko merupakan pakaian adat Palembang berupa baju kurung dengan motif detil bunga bintang keemasan, tengkupan terate dada, serta penutup kepala berupa mahkota bersulam emas.
Kata paksangko sendiri terdiri dari dua kata yakni pak yang berarti delapan dan sangkong yang berarti dewa.
3. Aesan Gede

Gede berarti pembesar. Aesan Gede juga merupakan pakaian adat yang dikenakan oleh para pembesar Palembang.
Busana yang didominasi warna merah dengan benang emas dari tenunan kain songket ini merupakan peninggalan kerajaan Sriwijaya.
Unsur merah dan gemerlap emas dari pakaian ini menyesuaikan dengan kejayaan dan citra Sriwijaya zaman dahulu yakni, Swarna Dipa dan Pulau Emas.
4. Aesan Gandik
Gandik adalah ikat kepala khas untuk para wanita Palembang. Ikat kepala ini terbuat dari kain bludru berukuran panjang 27cm dan lebar 4cm atau disesuaikan dengan ukuran kepala penggunanya.
Ornamen yang terdapat dalam gandik umumnya berupa manik-manik berbentuk serupa seperti daun dan kembang.
Warna pada gandik akan menyesuaikan pakaian penggunanya agar lebih terlihat serasi dan menarik.
Properti Tari Tanggai
Berikut ini beberapa properti atau aksesoris tari Tanggai yang wajib ada selama pertunjukan berlangsung:
1. Kalung
Penggunaan dan pembuatan kalung untuk penari Tanggai semakin bervariasi. Bisa saja terbuat dari perunggu, tembaga, atau emas, dan bahkan bertahtakan permata.
Bentuk kalung ini seperti lempengen lengkung yang umumnya terdiri dari 3 buah dengan ukuran yang berbeda satu sama lain.
2. Kembang goyang
Properti ini terbuat dari bahan perak, tembaga, kuningan atau bahkan emas. Seringkali kembang goyang juga dihiasi dengan permata agar tampak semakin indah.
Kembang goyang dikenakan oleh penari perempuan di bagian kepala dan akan ikut bergoyang seiring dengan gerakan sang penari.
3. Tanggai atau kuku palsu
Sesuai dengan nama tarian, kuku palsu panjang berbahan tembaga ini wajib dikenakan oleh penari. Selain tembaga, tanggai juga bisa berbahan kuningan atau perak.
Tanggai akan dikenakan oleh penari di ujung jari tangan yang akan membuat gerakan mereka semakin terlihat gemulai.
4. Tepak
Benda berbentuk kotak persegi panjang ini wajib dibawa oleh salah satu penari dalam tarian.
Isi suguhan dari tepak ialah daun sirih, gambir, kapur, pinang, serta tembakau.
Kesemua suguhan tersebut merupakan kebiasaan masyarakat dahulu yang suka nyirih atau mengunyah sirih.
Sirih dalam tepak melambangkan sebuah penghormatan kepada tamu dan masyarakat Palembang siap menerima kehadirannya.
Untuk saat ini, isian tepak tidak lagi berisikan bahan di atas namun digantikan makanan seperti permen, coklat, atau camilan ringan lainnya.
Lagu dan Musik Tari Tanggai
Tidak lengkap rasanya jika tarian tidak diiringi dengan musik khas tradisional, bukan? Hal ini berlaku juga untuk pertunjukan tarian Tanggai. Musik tari Tanggai ini terdiri dari iringan lagu dan musik daerah setempat.
Komposisinya sendiri terdiri dari iringan musik yang digabungkan juga dengan sejumlah instrumen.
Setidaknya terdapat dua jenis musik pengiring yang digunakan. Keduanya yakni bunyi dari alat musik yang dimainkan secara berkelompok dan syair lagu daerah setempat.
Salah satu judul syair lagu yang dibawakan adalah ‘Enam Bersaudara’. Syair lagu tari tanggai ini nantinya akan dibawakan oleh satu penyanyi yang disebut sebagai sinden.
Sedangkan untuk alat musik yang digunakan sangatlah beragam. Berikut ini alat musik pengirim tarian Tanggai yang umum digunakan:
- Gendang
- Biola
- Rebana/Terbangan
- Akordion
Demikian ulasan mengenai mengenai sejarah, makna, fungsi serta keunikan tari Tanggai dari Sumatera Selatan. Semoga informasi mengenai tarian ini menambah wawasan Nusantara kita semua.