Adahobi. Tembang Gambuh – Tembang Gambuh merupakan tembang warisan dari budaya yang sepatutnya kita jaga, terutama oleh generasi muda, karena memang tembang gambuh juga mengandung berbagai nilai-nilai kehidupan yang luhur. Lalu apa sebenarnya pengertian, fungsi dan contoh dari tembang gambuh tersebut? Langsung saja yuk simak penjelasannya di bawah ini!
Pengertian Tembang Gambuh

Tembang gambuh berada dari kata “Jumbuh” dimana dalam bahasa Jawa mempunyai arti tepat, sesuai, kecocokan, kesepahaman atau kebijaksanaan akan melakukan sesuatu hal dengan adil.
Dimana tembang gambuh tersebut berisikan ajaran dan juga nasehat yang ditujukan kepada generasi muda dalam berbagai hal, baik itu pergaulan, sikap atau bisa juga pada tingkah laku dalam menjalankan suatu hubungan pertemanan atau dalam masyarakat lainnya.
Nasihat yang terkandung dalam tembang ini biasanya berupa pentingnya dalam membangun toleransi, rasa persaudaraan dan juga kebersamaan sebagai makhluk sosial. Biasanya Tembang ini hadir dengan bentuk syair yang indah dan sarat akan nasehat-nasehat penting.
Tembang gambuh merupakan tahapan manusia yang sudah bertemu dengan seseorang yang sudah tepat dan juga sudah sesuai. Biasanya setelah pertemuan tersebut maka mereka berdua akan memutuskan untuk menikah dan tentunya juga sudah mendapatkan restu dari kedua orang tua masing-masing
Tembang ini juga akan membahas mengenai pergaulan antar sesama manusia, sehingga akan tercipta suatu hubungan yang bisa saling menguntungkan dan juga berkelanjutan. Jadi jangan khawatir, karena pitutur tembang tersebut sangat dibutuhkan oleh masyarakat modern yang minim akan pengetahuan atau pemahaman tentang budi luhur
Contoh Tembang Gambuh dan Artinya

Setelah kita membahas pengertian, fungsi, watak dan juga aturan tembang gambuh, maka berikut ini merupakan contoh-contoh dari tembang gambuh yang sudah dikumpulkan dari berbagai referensi. Yuk simak contoh tembang gambuh tersebut di bawah ini!
1. Contoh Tembang Gambuh Tema Sosial
Ayo warga podo mersudi.
Rukun gawe santoso satuhune.
Ayo gotong royong aja di gawe serik.
Teguh raya bersatu.
Mbangun jiwa Nusantara.
Artinya:
Ayo warga kita selalu menjaga,
Rukun bisa membuat kedamaian sebenarnya.
Ayo bergotong royong dan jangan membuat masalah,
Teguh agar selalu bersatu.
Membangun jiwa Nusantara ini.
Maknanya (gencaran):
Makna yang ada dalam tembang tema sosial ini adalah tentang ajakan untuk semua warga agar selalu menjaga kerukunan agar tercipta hidup yang damai. Bukan hanya itu, dalam tembang sosial ini juga mengajak para warga agar senantiasa bergotong royong dalam segi apapun dan jangan pernah membuat masalah.
Dimana dengan kerukunan dan juga selalu bergotong royong akan membuah semua masalah terselesaikan dan juga bisa membangun jiwa agar semuanya bisa bersatu.
2. Contoh Tembang Gambuh Tema Pendidikan
Pan padha sinau.
Amrih bisa damel kesenengan.
Tegese bisa damel gesang tentrem sayekti.
Yen bodo ojo diingu.
Besukke bakale sengsoro.
Artinya:
Mari kita pada belajar,
Supaya bisa mendapatkan kesenangan.
Sehingga bisa membuat kehidupan menjadi tentram.
Jika bodoh jangan dipelihara,
Karena akan sengsara di kemudian hari.
Maknanya (gencaran):
Makna yang ada dalam tembang tema pendidikan ini adalah tentang nasehat sekaligus ajakan agar selalu belajar agar semua kesenangan dan impian kita bisa terwujud. Jangan memelihara sifat bodoh, karena sifat tersebut akan membuat semua menjadi sengsara pada suatu hari nanti.
3. Contoh Tembang Gambuh Tema Budi Pekerti
Aja Ninggalke Agami.
Iku mung dasar utama setuhune agami.
Uga penting ing tatakramane yekti.
Ngadohke ing panyendhu.
Laku becik kang utama.
Artinya:
Jangan meninggalkan agama,
Karena dasar utama sesungguhnya adalah agama.
Dan sangat penting juga tata kramanya,
Menjauhkan diri dari anggapan jelek.
Melakukan hal yang baik adalah amalan yang utama.
Maknanya (gencaran):
Makna yang terkandung dalam tembang tembang budi pekerti ini adalah tentang nasehat untuk tidak meninggalkan agama, karena dasar dari semua kehidupan di dunia adalah dari agama.
Bukan hanya itu, dalam tembang ini juga mengajak para pembaca agar senantiasa menjaga tata Krama dengan menjauhkan diri dari berbagai sifat jelek dan selalu melakukan berbagai hal yang baik.
4. Contoh Tembang Gambuh Tema Nasehat
Ing wong urip puniku.
Aja nganggo ambek kang tetelu.
Anganggowa rereh ririh ngati-ati.
Den kawangwang barang laku.
Kang waskitha solahing wong.
Artinya:
Dalam menjalankan kehidupan manusia itu.
Jangan sampai mempunyai tiga watak tersebut.
Milikilah sifat yang sabar, bijaksana dan berhati-hati.
Dan selalu intropeksi diri pada tingkah laku.
Pandailah membaca perilaku dari orang lain.
Maknanya (gencaran):
Makna yang terkandung dalam tembang tema nasehat ini adalah tentang ajakan untuk menghindari sifat adigang, adigung dan juga adiguna dengan cara selalu mempunyai sifat yang sabar dan berhati-hati serta bisa selalu introspeksi diri dan bisa menghargai dan membaca setiap perilaku orang lain.
5. Contoh Tembang Gambuh Tembang Gambuh Serat Wedhatama
Beda kang ngaji pumpung.
Nir waspada rubedane tutut.
Kakanthilan manggon anggung atur wuri.
Tyas riwut ruwet dahuru.
Korup sinerung angoroh.
(Rangga Warsita, Sabda Tama)
Artinya:
Berbeda dengan yang ngaji mumpung.
Hilang kewaspadaan dan banyak gangguan.
Dengan menjumpai kerepotan mengikuti hidupnya.
Hati selalu ruwet terus.
Mengambil yang bukan haknya selalu berdusta.
Maknanya (gencaran):
Tema yang terkandung dalam tembang serat wedhatama ini adalah tentang seseorang yang selalu mengambil hak yang bukan miliknya, maka hati mereka akan selalu dalam kebimbangan dan juga dapat membuat hidup mereka akan penuh dengan gangguan dan berbagai macam masalah.
Baca juga artikel terkait:
Fungsi Tembang Gambuh

Seperti pada penjelasan diatas, bahwa Tembung gambuh merupakan sebuah nasehat atau pitutur yang baik dan ditujukan kepada seluruh masyarakat terutama bagi kaum muda penerus bangsa. Tembung ini biasanya akan ditampilkan dalam berbagai acara kesenian budaya, baik itu pameran budaya, karawitan, ceramah, dagelan Jawa dan juga pewayangan.
Dimana pada acara-acara tersebutlah waktu yang dianggap tepat untuk mengingatkan tentang pentingnya budaya Jawa dan juga kehidupan sosial yang damai. Tembung ini juga berisikan tentang tata cara untuk menjalin hubungan yang baik, dimana hubungan tersebut bisa ditimbulkan dari rasa persaudaraan, kekerabatan dan juga bisa dengan kerukunan sesama manusia.
Watake Tembang Gambuh

Tembang gambuh merupakan tembang yang masuk kedalam jenis tembang tengahan, dimana tembang tersebut meliputi tembang Megatruh, Wirangrong, Jurudemung, dan juga Balabak. Dimana tentunya setiap tembang Jawa pasti mempunyai watak dan juga karakteristik yang berbeda-beda, hal tersebut dikarenakan watak digunakan sebagai penanda dari kesenian tembang.
Seperti pada penjelasan di atas, bawah watak yang terkandung dalam tembang gambuh adalah tentang kekeluargaan, kerukunan dan juga kebersamaan antar makhluk sosial. Dimana memang Tembung ini digunakan sebagai nasehat tentang cara membangun sebuah rasa persaudaraan, kekerabatan dan juga kerukunan antar sesama manusia.
Karakteristik dari tembang gambuh adalah tidak ragu-ragu, wajar dan juga jelas. Dimana karena watak dan karakteristik itu lah yang menjadikan tembung ini digunakan sebagai bassgat atau pitutur dan juga pesan moral yang ditujukan kepada semua masyarakat, khususnya adalah kaum muda.
Aturan / Paugeran Tembang Gambuh
Tembang gambuh juga mempunyai paugeran atau aturan yang digunakan sebagai pembeda antara satu tembang dengan tembang lainnya. Aturan-aturan dari tembang ini biasanya meliput tentang jumlah baris, jumlah suku kata dan juga vokal dari tembang. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai aturan-aturan dari tembang gambuh.
1. Guru Gatra (Baris Setiap Bait) Tembang Gambuh
Tembang gambuh merupakan tembang yang terdiri dari 5 guru Gatra atau baris. Maksudnya disini adalah bahwa setiap bait dari tembang gambuh harus berisikan 5 baris atau 5 larik syair yang tentunya saling berhubungan dengan memperhatikan aturan guru lagu dan juga guru wilangan dari tembang ini.
2. Guru Lagu (Vokal atau Huruf) Tembang Gambuh
Tentunya setiap tembang pasti mempunyai guru lagu yang berbeda antara yang satu dan yang lainnya. Dimana tembang lagu yang ada pada Tembung ubi adalah (u,u,i,u,o) dimana setiap akhir lirik dalam setiap Gatra atau baris harus diakhiri oleh huruf vokal yang sudah ditentukan tersebut.
3. Guru Wilangan (Jumlah Suku Kata) Tembang Gambuh
Guru wilangan merupakan Gatra atau baris yang ada pada bait tembang dengan jumlah suku kata tertentu. Dimana tembang gambuh ini mempunyai guru wilangan sebanyak 7,10,12,8,8.
Maksudnya disini adalah bahwa setiap Gatra atau baris harus mempunyai suku dengan jumlah yang ditentukan tersebut, contohnya adalah apabila baris pertama mempunyai suku kata yang berjumlah 7, maka pada baris kedua harus berjumlah 10 dan seterusnya.
Makna Tembang Gambuh
Tembang gambuh juga mempunyai beberapa makna yang mendalam. Dimana makna tersebut biasanya berupa nasehat bahwa menjadi manusia harus berbudi luhur, anak yang muda harus menghormati orang tua dan tembang ini juga mengajak sesama manusia untuk kembangan rasa persaudaraan, kekeluargaan, toleransi dan juga menyayangi dan menjaga kerukunan antar sesama.
Berikut ini poin-poin penting yang ada dalam tembang gambuh.
- Berisikan nasehat untuk selalu jujur dan juga mengikuti ajaran yang benar
- Karena kebiasaan buruk susah dihilangkan, maka diharapkan untuk selalu berbuat baik dengan siapapun.
- Memberikan nasehat untuk menjauh dari sifat yang buruk, seperti sifat adigang, adigung, adiguna
- Memberikan nasehat tentang pentingnya dalam mengendalikan emosi dan juga hawa nafsu.
- Mengajarkan untuk selalu mempunyai sifat yang sabar, bijaksana, hati-hati dan selalu introspeksi diri
- Memberikan nasehat untuk bisa membaca perilaku dari orang lain agar bisa menempatkan diri.
- Mengajarkan akan sikap toleransi, kekeluargaan dan juga kebersamaan terhadap siapapun.
- Memberikan nasehat bahwa jangan melihat siapa yang telah memberikan nasehat, tapi lihatlah apa isi dari nasehat tersebut.
Penutup
Demikianlah penjelasan mengenai tembang gambuh, dimulai dari pengertian, fungsi, watak, aturan, makna dan juga contoh-contohnya. Semoga penjelasan ini bisa diterima dengan baik dan dipahami oleh para pembaca sekalian!