Adahobi, Tembang Pucung – Di kesenian Jawa, pastinya tidaklah asing dengan tembang. Ada berbagai macam tembang jawa yang sarat akan makna, tidak terkecuali dengan tembang pucung. Tembang pucung sendiri tergolong ke dalam tembang macapat.
Nah, pada artikel kali ini kita akan membahas bersama-sama mengenai tembang pucung, lengkap dengan pengertiannya, filosofinya, sejarah, watak, aturan, kegunaan, dan kumpulan contoh tembang macapat pucung.
Lantas bagaimana penjelasan lengkapnya? Yuk kita scroll ke bawah dan kita simak selengkapnya pada artikel di bawah ini.
Pengertian Tembang Pucung

Tembang Pucung merupakan salah satu jenis tembang macapat. Tembang macapat sendiri secara etimologi dapat diartikan sebagai membaca empat-empat. Tembang Pucung berasal dari kata pocong atau orang yang mengenakan kain kafan sebelum dikuburkan.
Salah satu tujuan dari tembang pucung ini bermaksud agar kita selalu mengingat tentang kematian dan menyadari bahwa apa yang ada di dunia tidak abadi. Ada masanya bahwa semua yang bernyawa akan merasakan kematian.
Makna lainnya dari tembang pucung diartikan sebagai woh-wohan. Apabila diartikan ke dalam bahasa Indonesia, yakni berarti buah-buahan yang memberikan kesegaran dan kesejukan.
Pada Serat Purwaukara, kuncung diartikan sebagai kuncup dedaunan atau kudhuping gegodhongan yang masih segar.
Sementara dalam bahasa Jawa, kata “cung” juga ditujukan kepada segala hal yang bersifat lelucon dan juga digunakan sebagai panggilan khusus kepada anak-anak.
Kumpulan Contoh Tembang Pucung beserta Maknanya

Tembang Pucung merupakan tembang Jawa yang memiliki beberapa watak. Setiap wataknya dapat ditulis berbagai contoh tembang. Adapun beberapa contoh tembang pucung beserta maknanya dapat diamati pada penjelasan berikut ini.
1. Tembang Pucung Tema Pendidikan

Adapun contoh tembang Pucung dengan tema atau watak pendidikan dapat ditunjukkan sebagai berikut:
Contoh 1
Sapa iku, seng ora seneng ngudi ilmu
Uripe bakal rekasa
Senenge kapati-pati
Ora sugih ananging ora rumangsa
Artinya:
Barangsiapa yang tidak suka menuntut ilmu
Hidupnya akan sengsara
Kebahagiaannya akan hilang
Meskipun kaya tapi tidak bisa merasakan
Contoh 2
Ngelmu niku kelakone kanthi laku
Lekasse lawan kas
Tegese kas nyantosani
Setya budaya pangekese dur angkara
Artinya:
Berilmu itu sampai perbuatan
Dimulai dari niat
Niat yang bisa menguatkan
Ketulusan budi pekerti dapat menaklukkan kejahatan
Contoh 3
Dadi bocah kudu sregep sinau
Ben ora dadi sengsara
Sinaune ditenani
Yen wis sukses aja lali marang wong tuwa
Artinya:
Jadilah anak yang suka belajar
Agar kelak hidupnya tidak sengsara
Belajarnya yang sungguh-sungguh
Ketika sudah sukses ingatlah kepada orang tua
2. Contoh Tembang Pucung Teka-Teki

Adapun contoh tembang Pucung dengan tema atau watak teka-teki dapat ditunjukkan sebagai berikut:
Contoh 1
Bapak Pucung, amung sirah lawan gembung
Podo ing kunjara
Mati sajroning ngaurip
Mijil baka, si pucung dadi dahana
Jawaban contoh 1 teka-teki tembang macapat pucung di atas adalah “batang korek api”
Contoh 2
Bapak Pucung, renteng-renteng kaya kalung
Dowo koyo ulo
Lungguhanmu wesi miring
Sing disobo
Si pucung turut kutha lan deso
Jawaban contoh 2 teka-teki tembang macapat pucung di atas adalah “kereta api”
Contoh 3
Bapak Pucung bisa nggereng bisa mbengung
Ngambah jumantara
Kaya manuk rajawali
Riwa-riwi nggawa barang lan manungsa
Jawaban contoh 3 teka-teki tembang macapat pucung di atas adalah “pesawat”
3. Tata Krama

Tembang pucung juga dapat dibuat dengan tema atau watak tata krama. Berikut adalah contoh tembang macapat pucung dengan tema tata krama:
Contoh 1
Urip kuwi kudu madep mantep lan mituhu
Ojo podo sembrono
Nyembaho marang Kuasa
Kita sedoyo mung ngunduh woh pakarti
Artinya:
Hidup harus teguh dan lurus
Jangan bertindak gegabah atau ceroboh
Selalu menyembah Yang Maha Kuasa
Manusia itu sebenarnya hanya memanen semua hasil perbuatannya
Contoh 2
Beda lamun kang wus sengsem reh ngasamun
Semune ngaksama
Sasamane bangsa sisip
Sarwa sareh saking mardi martatama
Artinya:
Tapi berbeda dengan yang suka menyepi
Terlihat sifatnya yang pemaaf
Antar sesama manusia yang penuh kesalahan
Selalu sabar dengan mengutamakan sikap rendah hati
Contoh 3
Angkara agung neng angga anggung gumulung
Gegolonganira
Triloka lekeri kongsi
Yen den umbar dadi rubeda
Artinya:
Kejahatan besar di dalam tubuh kuat menggelora
Menyatu dengan diri sendiri
Menjangkau sampai tiga dunia
Jika dibiarkan akan menyebabkan bencana yang membahayakan
4. Katresnan

Tembang pucung juga dapat dibuat dengan tema atau watak katresnan (rasa cinta). Berikut adalah contoh tembang macapat pucung dengan tema katresnan:
Contoh 1
Mesemmu endah nentremake atiku
Ndadekake trenamu
Tresna ing sajroning ati
Senajan dicidrani akau tetep tresna
Artinya:
Senyummu indah menenangkan hatiku
Menciptakan rasaku
Rasa cinta di dalam hati
Meskipun akan terluka aku akan tetap mencinta
Contoh 2
Sliramu yen disawang senajan ayu
Ayu miturut dunya
Kanthi kaya ayune widodari
Mung biso tak sawang lan tak simpen jroning dada
Artinya:
Dirimu jika dipandang sangat cantik
Cantiknya seluruh dunia
Sampai-sampai secantik bidadari surga
Yang hanya aku lihat dan aku cinta di dalam dada
Contoh 3
Selira lan pituturmu senajan ayu
Nyebarake bungah
Lan njogo rendah ing ati
Nyiptakake atiku panggah tresna
Artinya:
Dirimu dan perkataanmu baik
Menyebarkan bahagia
Dan menjaga tetap rendah hati
Menyebabkan hatiku selalu cinta
5. Kekancan

Tembang pucung juga dapat dibuat dengan tema atau watak kekancan (pertemanan). Berikut adalah contoh tembang macapat pucung dengan tema kekancan:
Contoh 1
Nalika kekancan kudu guyub lan rukun
Ora kena kerengan
Ora kena pilih-pilihan
Sesareng ngadohke saka bebebayan
Artinya:
Jika berteman jagalah tetap rukun
Jangan bertengkar
Jangan suka pilih-pilih
Bersama saling menjauhkan dari segala keburukan
Contoh 2
Nalika kekancan kudu sareng tinulung
Seneng sesarengan
Nulung yen liane sedih
Urip bakal sentosa yen tinulung marang liyan
Artinya:
Jika berteman harus saling tolong menolong
Bahagia bersama-sama
Menolong ketika yang lainnya bersedih
Hidup akan sejahtera ketika saling menolong satu sama lainnya
Contoh 3
Sapa iku sing duwe kanca luhur
Luhure dijaga
Bakal kang nyekti
Saka dunya kanthi sasi suwarga
Artinya:
Barang siapa berteman dengan orang baik
Kebaikannya dijaga
Kelak akan abadi
Sejak dari dunia sampai nanti di surga
Baca juga artikel terkait:
Filosofi Tembang Pucung
Setiap tembang yang diciptakan masyarakat jawa memiliki nilai filosofis tersendiri. Nilai-nilai ini didasarkan pada nilai kehidupan manusia agar tetap menjaga kebaikan dan keluhuran diri.
Hal tersebut juga terjadi pada jenis tembang macapat pucung ini yang menggambarkan nilai tentang perjalanan kehidupan manusia di dunia. Filosofi yang terkandung di dalam tembang jenis ini yakni sebuah ritual saat melepas kepergian seseorang untuk selama-lamanya agar tidak menyia-nyiakan kehidupannya.
Sejarah Tembang Pucung
Diceritakan dalam sejarah masyarakat Jawa, tembang adalah ajaran dari para leluhur nenek moyang untuk mengajak orang lain menuju ke jalan yang benar.
Ajakan ini bersifat misteri sehingga memunculkan pertanyaan besar di kalangan masyarakat Jawa. Kemudian, masyarakat Jawa akan dibuat penasaran untuk mencari tahu ajaran apa yang sebenarnya dianggap benar.
Oleh karena itu, ada berbagai macam tembang untuk meminimalisir rasa penasaran tersebut dan untuk meningkatkan minat masyarakat Jawa dengan terus mengajak ke arah kebaikan lewat tembang.
Watak Tembang Pucung
Tembang Pucung tergolong tembang Macapat yang banyak dan beragam. Setiap jenis tembang macapat memiliki wataknya masing-masing, tidak terkecuali tembang Pucung. Adapun watak tembang pucung diantaranya adalah:
- Kesedihan
- Kedukaan
- Lucu
- Teka-teki
- Tegas
- Humoris
- Nasihat
- Kebahagiaan
Aturan Tembang Pucung
Setiap tembang Jawa memiliki ketentuan masing-masing dan tidak boleh dibuat sembarangan, hal ini juga terjadi pada tembang Jawa Pucung. Untuk itu berikut adalah aturan pada tembang Pucung:
1. Guru Gatra
Guru gatra merupakan ketentuan baris atau larik pada tembang. Nah, pada tembang Pucung terdiri dari guru gatra 4 baris, yakni dengan kata lain tembang pucung ini memiliki 4 baris kalimat.
2. Guru Lagu
Guru lagu dapat diartikan sebagai akhir vokal pada setiap baris tembang. Untuk tembang Pucung sendiri memiliki guru lagu u, a, i, a. Dengan kata lain bahwa:
- Baris pertama tembang pucung diakhiri dengan huruf vokal “u”.
- Baris kedua tembang pucung diakhiri dengan huruf vokal “a”.
- Baris ketiga tembang pucung diakhiri dengan huruf vokal “i”.
- Baris keempat tembang pucung diakhiri dengan huruf vokal “a”.
3. Guru Wilangan
Guru wilangan berarti jumlah suku kata yang terdapat pada setiap baris tembang. Guru wilangan tembang pucung yakni 12, 6, 8, 12. Dengan kata lain bahwa:
- Guru wilangan baris pertama berjumlah 12 suku kata.
- Guru wilangan baris kedua berjumlah 6 suku kata.
- Guru wilangan baris ketiga berjumlah 8 suku kata.
- Guru wilangan baris keempat berjumlah 12 suku kata.
Fungsi Tembang Pucung
Setiap tembang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu. Seperti halnya pada tembang Pucung yang memiliki tujuan yang hendak disampaikan penciptanya kepada siapa saja. Adapun tujuan dan fungsi tembang Pucung diantaranya adalah:
- Sebagai media hiburan
- Sebagai media untuk memberi nasihat kepada orang lain
- Sebagai sarana pendidikan
- Sebagai pengingat akan kematian
- Sebagai kesenian tradisional Jawa
- Sebagai pengiring pementasan seni
- Sebagai media menceritakan kehidupan sosial
Penutup
Demikian penjelasan lengkap mengenai tembang pucung, mulai dari pengertian, filosofi, sejarah, watak, aturan, kegunaan, sampai contoh-contoh tembang beserta maknanya.
Bagaimana? Asyik bukan bisa belajar sambil berdendang tembang-tembang. Kira-kira ada tembang apalagi ya? Yuk kunjungi halaman lainnya dan temukan tembang-tembang khas Jawa yang sarat akan makna.