AdaHobi, Puisi WS Rendra – Apakah anda tau siapa WS Rendra? nah untuk kamu yang belum tau, sebelum kita menuju kumpulan puisi WS Rendra alangkah baiknya kita mengetahui siapa Beliau. Dan mengapa karya-karya puisi WS Rendra bisa terkenal sampai sekarang untuk menghormati serta menghargainya.
Siapa itu WS Rendra?

WS Rendra mempunyai nama asli yang cukup panjang, nama aslinya yaitu Willibrordus Surendra Broto Rendra. Beliau merupakan seorang sastrawan yang berasal dan berkebangsaan Indonesia.
Tempat kelahirannya di Solo, ketika Indonesia masih menjadi negara Hindia Belanda. Tepatnya pada tanggal 7 November 1935, yang kemudian wafat di Depok Jawa Barat pada tanggal 6 Agustus 2009.
WS Rendra meninggal ketika menginjak usia 73 tahun. Sejak usianya masih terbilang muda. Beliau sudah sering melakukan aktivitas berkarya menulis, seperti menulis drama, menulis puisi, menulis, cerpen, serta menulis esai pada media massa.
Ketika masih hidup Beliau merupakan penyair ternama pada jamannya yang mempunyai julukan dengan sebutan “Burung Merak”. Di Yogyakarta pada tahun 1967 Beliau telah mendirikan Bengkel Teater, sehingga disana melahirkan banyak seniman yang terkenal.
Adapun seniman yang terkenal pada jamannya dari Bengkel Teater yaitu Adi Kurdi, Radhar Panca Dahana, Sitok Srengenge, dan masih banyak lainnya. Kejayaan Bengkel Teater di Yogyakarta tidak mampu bertahan lama.
Sehingga Bengkel Teater menjadi kocar-kacir yang hal itu disebabkan karena adanya tekanan politik. Kemudian pada tahun 1985 WS Rendra memindahkan Bengkel Teater tersebut di Depok.
Kumpulan Puisi WS Rendra

Bagi kalian yang saat ini memang sedang mencarikarya puisi WS Rendra yang sudah mahsyur dan melegenda. Berikut ini AdaHobi siapkan 21 lebih kumpulan puisi WS Rendra yang lengkap.
Kalian bisa menyerap makna dari setiap bait puisi dari WS Rendra dengan membaca maupun mendengarnya. Maka berikut ini kumpulan karya puisi WS Rendra.
1. Puisi WS Rendra Hai Ma
Berikut ini adalah puisi WS Rendra Ibu yang berisikan ungkapan maupun pesan sayang kepada Ibu. Yeng telah berjuang menjadi seorang Ibu yang diapresiasikan pada sebuah bait puisi.
Judul dari puisi ini adalah Hai, Ma yang dituliskan WS Rendra di jakrta pada bulan Juli tahun 1992 yang lalu. Puisi ini cukup terkenal dan booming pada jamannya.
Hingga sekarang pun puisi ini tetap di kenang dan dijaga keberadaannya. Semoga puisi WS Rendra Ibu ini bisa menjadi salah satu referensi Anda dalam mencari puisi karya WS Rendra.
Hai, Ma!
(W.S. Rendra) Jakarta, Juli 1992
Ma,
bukan maut yang menggetarkan hatiku
Tetapi hidup yang tidak hidup
karena kehilangan daya dan kehilangan fitrahnya
Ada malam-malam aku menjalani
lorong panjang tanpa tujuan kemana-mana
Hawa dingin masuk ke badanku yang hampa
padahal angin tidak ada
Bintang-bintang menjadi kunang-kunang
yang lebih menekankan kehadiran kegelapan
Tidak ada pikiran, tidak ada perasaan,
tidak ada suatu apa…..
Hidup memang fana Ma,
Tetapi keadaan tak berdaya
membuat diriku tidak ada
Kadang-kadang aku merasa terbuang ke belantara,
dijauhi ayah bunda dan ditolak para tetangga
Atau aku terlantar di pasar, aku berbicara
tetapi orang-orang tidak mendengar
Mereka merobek-robek buku
dan menertawakan cita-cita
Aku marah, aku takut, aku gemetar,
namun gagal menyusun bahasa
Hidup memang fana Ma,
itu gampang aku terima
Tetapi duduk memeluk lutut sendirian di savanna
membuat hidupku tak ada harganya
Kadang-kadang aku merasa
ditarik-tarik orang kesana-kemari,
mulut berbusa sekedar karena tertawa
Hidup cemar oleh basa-basi dan
orang-orang mengisi waktu dengan pertengkaran edan
yang tanpa persoalan, atau percintaan tanpa asmara,
dan senggama yang tidak selesai
Hidup memang fana, tentu saja Ma
Tetapi akrobat pemikiran dan kepalsuan yang dikelola
mengacaukan isi perutku
lalu mendorong aku menjerit-jerit sambil tak tahu kenapa
Rasanya setelah mati berulang kali
tak ada lagi yang mengagetkan dalam hidup ini
Tetapi Ma,
setiap kali menyadari adanya kamu di dalam hidupku ini
aku merasa jalannya arus darah di sekujur tubuhku
Kelenjar-kelenjarku bekerja, sukmaku menyanyi,
dunia hadir, cicak di tembok berbunyi,
tukang kebun kedengaran berbicara kepada putranya
Hidup menjadi nyata, fitrahku kembali
Mengingat kamu Ma
adalah mengingat kewajiban sehari-hari
Kesederhanaan bahasa prosa, keindahan isi puisi
Kita selalu asyik bertukar pikiran ya Ma
Masing-masing pihak punya cita-cita,
masing-masing pihak punya kewajiban yang nyata
Hai Ma,
apakah kamu ingat aku peluk kamu di atas perahu
Ketika perutmu sakit dan aku tenangkan kamu
dengan ciuman-ciuman di lehermu
Masya Allah, aku selalu kesengsam dengan bau kulitmu
Ingatkah waktu itu aku berkata :
Kiamat boleh tiba, hidupku penuh makna
Wuah aku memang tidak rugi ketemu kamu di hidup ini
Dan apabila aku menulis sajak
aku juga merasa bahwa
Kemaren dan esok adalah hari ini
Bencana dan keberuntungan sama saja
Langit di luar langit di badan bersatu dalam jiwa
Sudah ya Ma…
2. Puisi WS Rendra Kangen
WS Rendra biasa akrab disapa sebagai seorang sastrawan atau penyair terkenal yang berasal dari Indonesia. Mempunyai nama lengkap yaitu Willibrordus Surendra Broto Rendra yang lahir di Solo, Hindia Belanda. Pada tanggal 7 November 1935 dan kemudian meninggal di Depok Jawa Barat. Pada 6 Agustus 2009 ketika umur 73 tahun.
Selain itu WS Rendra mempunyai julukan sebagai “Burung Merak” ketika itu. Nah dibawah ini ada puisi terbaik WS Rendra tentang kangen yang bisa Anda jadikan referensi dalam membaca dan membuta puisi.
Kangen
(W.S. Rendra)
Kau tak akan mengerti bagaimana kesepianku
menghadapi kemerdekaan tanpa cinta
Kau tak akan mengerti segala lukaku
karna cinta telah sembunyikan pisaunya.
Membayangkan wajahmu adalah siksa.
Kesepian adalah ketakutan dalam kelumpuhan.
Engkau telah menjadi racun bagi darahku.
Apabila aku dalam kangen dan sepi
Itulah berarti
aku tungku tanpa api.
Kau tak akan mengerti bagaimana kesepianku
menghadapi kemerdekaan tanpa cinta
Kau tak akan mengerti segala lukaku
karna cinta telah sembunyikan pisaunya.
Membayangkan wajahmu adalah siksa.
Kesepian adalah ketakutan dalam kelumpuhan.
Engkau telah menjadi racun bagi darahku.
Apabila aku dalam kangen dan sepi
Itulah berarti
aku tungku tanpa api.
3. Puisi WS Rendra Pendek
Puisi bisa digunakan sebagai media dalam mengungkapkan suatu kejadian, pemikiran, ide, cerita, sampai sindiran dan kritik terhadap suatu kejadian. Dalam karya puisi semua orang bisa secara bebas mengungkapkan ide serta gagasan fikirannya.
Nah salah satunya adalah puisi yang bait-baitnya berisi syair yang memiliki nilai-nilai agama. Yang nilai-nilai agama itu dijadikan sumber inspirasi dan karya dalam bait puisi tersebut.
Barangkali dengan berpuisi mampu untuk menjadi wasilah atau cara dalam menyampaikan doa kepada Tuhan yang Maha Esa. Serta perantara berkeluh kesah serta bersyukur kepada Tuhan dalam menghadapi cobaan.
Gumamku ya Allah
(W.S. Rendra)
Angin dan langit dalam diriku,
gelap dan terang di alam raya,
arah dan kiblat di ruang dan waktu,
memesona rasa duga dan kira,
adalah bayangan rahasia kehadiran-Mu, ya Allah!
Serambut atau berlaksa hasta
entah apa bedanya dalam penasaran pengertian.
Musafir-musafir yang senantiasa mengembara.
Umat manusia tak ada yang juara.
Api rindu pada-Mu menyala di puncak yang sepi.
Semua manusia sama tidak tahu dan sama rindu.
Agama adalah kemah para pengembara.
Menggema beragam doa dan puja.
Arti yang sama dalam bahasa-bahasa berbeda.
4. Puisi WS Rendra Tentang Hidup
Pada umumnya, puisi merupakan salah satu karya sastra yang berfungsi sebagai perantara dalam menyampaikan pesan maupun perasaan. WS Rendra merupakan sastrawan yang terkenal dan berasal dari Indonesia.
Beliau terkenal memiliki banyak karya seperti puisi, cerpen, sajak dan skenario drama. Ada banyak karya puisinya yang terkenal serta populer di kalangan masyarakat Indonesia.
Baik itu karya sastra puisi yang bertemakan tentang senang, sedih, semangat, motivasi, romantis dan tentang kehidupan. Nah dibawah ini adalah puisi tentang kehidupan karya dari WS Rendra yang bisa Anda jadikan referensi.
Hidup Itu UAP
(W.S. Rendra)
Hidup itu seperti UAP, yg sebentar saja kelihatan, lalu lenyap !!
Ketika Org memuji MILIKKU, aku berkata bahwa ini HANYA TITIPAN saja.
Bahwa mobilku adalah titipan-NYA,
Bahwa rumahku adalah titipan-NYA,
Bahwa hartaku adalah titipan-NYA,
Bahwa putra-putriku hanyalah titipan-NYA …
Tapi mengapa aku tdk pernah bertanya,
MENGAPA DIA menitipkannya kpd ku?
UTK APA DIA menitipkan semuanya kpd ku.
Dan klu bukan milikku, apa yg seharusnya aku lakukan utk milik-NYA ini?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-NYA?
Malahan ketika diminta kembali,
kusebut itu MUSIBAH,
kusebut itu UJIAN,
kusebut itu PETAKA,
kusebut itu apa saja …
Utk melukiskan, bahwa semua itu adalah DERITA….
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yg cocok dgn
KEBUTUHAN DUNIAWI,
Aku ingin lebih banyak HARTA,
Aku ingin lebih banyak MOBIL,
Aku ingin lebih banyak RUMAH,
Aku ingin lebih banyak POPULARITAS,
Dan kutolak SAKIT,
Kutolak KEMISKINAN,
Seolah semua DERITA adlh hukuman bagiku.
Seolah KEADILAN dan KASIH-NYA, hrs berjalan seperti penyelesaian matematika
dan sesuai dgn kehendakku.
Aku rajin beribadah, maka selayak nya lah derita itu menjauh dariku, Dan nikmat dunia seharusnya kerap menghampiriku …
Betapa curangnya aku, Kuperlakukan DIA seolah Mitra Dagang ku dan bukan sebagai Kekasih!
Kuminta DIA membalas Perlakuan baikku
dan menolak keputusan-NYA yg tdk sesuai dgn keinginanku …
Padahal setiap hari kuucapkan, *Hidup dan Matiku, Hanyalah untuk-MU.
Mulai hari ini, ajari aku agar menjadi pribadi yg selalu bersyukur dlm setiap keadaan dan menjadi bijaksana, mau menuruti kehendakMU saja ya ALLAH …
Sebab aku yakin….ENGKAU akan memberikan anugerah dlm hidupku … KEHENDAKMU adlh yg ter BAIK bagiku ..
Ketika aku ingin hidup KAYA, aku lupa, bahwa HIDUP itu sendiri adlh sebuah KEKAYAAN.
Ketika aku berat utk MEMBERI, aku lupa, bahwa SEMUA yg aku miliki juga adlh PEMBERIAN.
Ketika aku ingin jadi yg TERKUAT, ….aku lupa,
bahwa dlm KELEMAHAN, Tuhan memberikan aku KEKUATAN.
Ketika aku takut Rugi, Aku lupa, bahwa HIDUPKU adlh sebuah KEBERUNTUNGAN,
krn AnugerahNYA.
Ternyata hidup ini sangat indah, ketika kita selalu BERSYUKUR kpd NYA
Bukan krn hari ini INDAH kita BAHAGIA.
Tetapi krn kita BAHAGIA, maka hari ini menjadi INDAH.
Bukan krn tak ada RINTANGAN kita menjadi OPTIMIS. Tetapi krn kita optimis, RINTANGAN akan menjadi tak terasa.
Bukan krn MUDAH kita YAKIN BISA.
Tetapi krn kita YAKIN BISA.!
semuanya menjadi MUDAH.
Bukan krn semua BAIK kita TERSENYUM.
Tetapi krn kita TERSENYUM, maka semua menjadi BAIK,
Tak ada hari yg MENYULITKAN kita, kecuali kita SENDIRI yg membuat SULIT.
Bila kita tdk dpt menjadi jalan bsr, cukuplah menjadi JALAN SETAPAK yg dpt dilalui org,
Bila kita tdk dpt menjadi matahari, cukuplah menjadi LENTERA yg dpt menerangi sekitar kita,
Bila kita tdk dpt berbuat sesuatu utk seseorg, maka BERDOALAH utk kebaikan.
5. Puisi WS Rendra Gugur
Untuk kalian para penggemar syair dari WS Rendra, berikut ini adalah puisi WS Rendra bertema tentang gugur. Puisi merupakan salah satu karya WS Rendra yang cukup populer di kalangan masyarakat Indonesia khususnya.
Semoga Anda yang membaca puisi ini juga cukup menikmati puisi WS Rendra yang bertemakan gugur ini. Dan dapat dinikmati para pendengar maupun pembaca puisi lainnya.
Puisi Gugur
(W.S. Rendra)
Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Tiada kuasa lagi menegak
Telah ia lepaskan dengan gemilang
pelor terakhir dari bedilnya
Ke dada musuh yang merebut kotanya
Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Ia sudah tua
luka-luka di badannya
Bagai harimau tua
susah payah maut menjeratnya
Matanya bagai saga
menatap musuh pergi dari kotanya
Sesudah pertempuran yang gemilang itu
lima pemuda mengangkatnya
di antaranya anaknya
Ia menolak
dan tetap merangkak
menuju kota kesayangannya
6. Puisi WS Rendra Tentang Cinta
Bakat WS Rendra dibidang sastra sudah mulai terlihat sejak Beliau duduk dibangku SMP. Pada saat itu memang sudah terlihat dan menunjukkan bakat serta kemampuannya. Kemampuan yang ditunjukkannya adalah dengan menulis karya puisi, drama serta cerpen atau cerita pendek.
Namun selain menulis, WS Rendra juga piawai ketika berada di atas panggung. Beliau sudah tampil dan mementaskan beberapa karya dramanya. Dan yang terutama yaitu tampil sebagai pembaca syair puisi yang berbakat.
Pada tahun 1952 ia mulai terpublikasi di layanan media masa melalui majalah Siasat. Kemudian karya-karya puisinya mulai lancara mengalir menghiasi pada berbagai macam majalah. Beberapa majalah yang terhiasi karya WS Rendra seperti majalah Basis, Kisah, Seni. Siasat Baru dan Konfrontasi.
Dan hal itu secara terus berlanjut ke berbagai majalah, dan yang utama adalah majalah yang keluar pada tahun 60’an serta 70’an. Dan ini salah satu puisi cinta WS Rendra yang bisa Anda nikmati syairnya.
Pamplet Cinta
(W.S. Rendra) Pejambon, Jakarta, 28 April 1978
Ma, nyamperin matahari dari satu sisi.
Memandang wajahmu dari segenap jurusan.
Aku menyaksikan zaman berjalan kalangkabutan.
Aku melihat waktu melaju melanda masyarakatku.
Aku merindukan wajahmu,
dan aku melihat wajah-wajah berdarah para mahasiswa.
Kampus telah diserbu mobil berlapis baja.
Kata-kata telah dilawan dengan senjata.
Aku muak dengan gaya keamanan semacam ini.
Kenapa keamanan justru menciptakan ketakutan dan ketegangan
Sumber keamanan seharusnya hukum dan akal sehat.
Keamanan yang berdasarkan senjata dan kekuasaan adalah penindasan
Suatu malam aku mandi di lautan.
Sepi menjdai kaca.
Bunga-bunga yang ajaib bermekaran di langit.
Aku inginkan kamu, tapi kamu tidak ada.
Sepi menjadi kaca.
Apa yang bisa dilakukan oleh penyair
bila setiap kata telah dilawan dengan kekuasaan ?
Udara penuh rasa curiga.
Tegur sapa tanpa jaminan.
Air lautan berkilat-kilat.
Suara lautan adalah suara kesepian.
Dan lalu muncul wajahmu.
Kamu menjadi makna
Makna menjadi harapan.
……. Sebenarnya apakah harapan ?
Harapan adalah karena aku akan membelai rambutmu.
Harapan adalah karena aku akan tetap menulis sajak.
Harapan adalah karena aku akan melakukan sesuatu.
Aku tertawa, Ma !
Angin menyapu rambutku.
Aku terkenang kepada apa yang telah terjadi.
Sepuluh tahun aku berjalan tanpa tidur.
Pantatku karatan aku seret dari warung ke warung.
Perutku sobek di jalan raya yang lengang…….
Tidak. Aku tidak sedih dan kesepian.
Aku menulis sajak di bordes kereta api.
Aku bertualang di dalam udara yang berdebu.
Dengan berteman anjing-anjing geladak dan kucing-kucing liar,
aku bernyanyi menikmati hidup yang kelabu.
Lalu muncullah kamu,
nongol dari perut matahari bunting,
jam duabelas seperempat siang.
Aku terkesima.
Aku disergap kejadian tak terduga.
Rahmat turun bagai hujan
membuatku segar,
tapi juga menggigil bertanya-tanya.
Aku jadi bego, Ma !
Yaaah , Ma, mencintai kamu adalah bahagia dan sedih.
Bahagia karena mempunyai kamu di dalam kalbuku,
dan sedih karena kita sering berpisah.
Ketegangan menjadi pupuk cinta kita.
Tetapi bukankah kehidupan sendiri adalah bahagia dan sedih ?
Bahagia karena napas mengalir dan jantung berdetak.
Sedih karena pikiran diliputi bayang-bayang.
Adapun harapan adalah penghayatan akan ketegangan.
Ma, nyamperin matahari dari satu sisi,
memandang wajahmu dari segenap jurusan.
7. Puisi WS Rendra Surat Cinta
Dalam puisi WS Rendra surat cinta ini menceritakan bahwa penyair dan pencipta puisi ini sedang menyukai seorang wanita. Wanita yang dimaksud pada puisi ini adalah Narti. Dengan menciptakan puisi ini WS Rendra menyampaikan dan mengungkapkan akan perasaannya.
Dalam puisi ini mengungkapkan bahwa Ia ingin dan berniat menikahi Narti serta menjadikannya sebagai istri. Kemudian dijadikan Narti sebagai Ibu bagi anak-anaknya.
WS Rendra memang sudah tidak asing keberadaannya dikalangan para penyair Indonesia pada jamannya sampai sekarang. Keberadaan dan namanya seakan telah diabadikan dengan balutan berbagai karya-karya indahnya itu.
Puisi Surat Cinta
(W.S. Rendra)
Kutulis surat ini
kala hujan gerimis
bagai bunyi tambur yang gaib,
Dan angin mendesah
mengeluh dan mendesah,
Wahai, dik Narti,
aku cinta kepadamu !
Kutulis surat ini
kala langit menangis
dan dua ekor belibis
bercintaan dalam kolam
bagai dua anak nakal
jenaka dan manis
mengibaskan ekor
serta menggetarkan bulu-bulunya,
Wahai, dik Narti,
kupinang kau menjadi istriku !
Kaki-kaki hujan yang runcing
menyentuhkan ujungnya di bumi,
Kaki-kaki cinta yang tegas
bagai logam berat gemerlapan
menempuh ke muka
dan tak kan kunjung diundurkan
Selusin malaikat
telah turun
di kala hujan gerimis
Di muka kaca jendela
mereka berkaca dan mencuci rambutnya
untuk ke pesta
Wahai, dik Narti
dengan pakaian pengantin yang anggun
bunga-bunga serta keris keramat
aku ingin membimbingmu ke altar
untuk dikawinkan
Aku melamarmu,
Kau tahu dari dulu:
tiada lebih buruk
dan tiada lebih baik
dari yang lain
penyair dari kehidupan sehari-hari,
orang yang bermula dari kata
kata yang bermula dari
kehidupan, pikir dan rasa
Semangat kehidupan yang kuat
bagai berjuta-juta jarum alit
menusuki kulit langit:
kantong rejeki dan restu wingit
Lalu tumpahlah gerimis
Angin dan cinta
mendesah dalam gerimis.
Semangat cintaku yang kuta
batgai seribu tangan gaib
menyebarkan seribu jaring
menyergap hatimu
yang selalu tersenyum padaku
Engkau adalah putri duyung
tawananku
Putri duyung dengan
suara merdu lembut
bagai angin laut,
mendesahlah bagiku !
Angin mendesah
selalu mendesah
dengan ratapnya yang merdu.
Engkau adalah putri duyung
tergolek lemas
mengejap-ngejapkan matanya yang indah
dalam jaringku
Wahai, putri duyung,
aku menjaringmu
aku melamarmu
Kutulis surat ini
kala hujan gerimis
kerna langit
gadis manja dan manis
menangis minta mainan.
Dua anak lelaki nakal
bersenda gurau dalam selokan
dan langit iri melihatnya
Wahai, Dik Narti
kuingin dikau
menjadi ibu anak-anakku !
8. Puisi WS Rendra Ibunda
Ada banyak puisi WS Rendra yang cukup terkenal dan polpuler di Indonesia. Salah satunya adalah puisi WS Rendra tentang Ibunda ini. Mensyairkan bait tentang pengorbanan seorang Ibunda.
Namun puisi Ibunda ini tergolong puisi singkat karena hanya terdiri dari 2 bait puisi. Sehingga cocok bagi Anda yang suka puisi WS Rendra singkat.
Sajak Ibunda
(W.S. Rendra, Jakarta 23 Oktober 1977)
Mengenangkan ibu
adalah mengenangkan buah-buahan.
Istri adalah makanan utama.
Pacar adalah lauk-pauk.
Dan Ibu
adalah pelengkap sempurna
kenduri besar kehidupan.
Wajahnya adalah langit senja kala.
Keagungan hari yang telah merampungkan tugasnya.
Suaranya menjadi gema
dari bisikan hati nuraniku.
Mengingat ibu
aku melihat janji baik kehidupan.
Mendengar suara ibu,
aku percaya akan kebaikan manusia.
Melihat foto ibu,
aku mewarisi naluri kejadian alam semesta.
Berbicara dengan kamu, saudara-saudaraku,
aku pun ingat kamu juga punya ibu.
Aku jabat tanganmu,
aku peluk kamu di dalam persahabatan.
Kita tidak ingin saling menyakitkan hati,
agar kita tidak saling menghina ibu kita masing-masing
yang selalu, bagai bumi, air dan langit,
membela kita dengan kewajaran.
Maling juga punya ibu. Pembunuh punya ibu.
Demikian pula koruptor, tiran, fasis,
wartawan amplop, anggota parlemen yang dibeli,
mereka pun punya ibu.
Macam manakah ibu mereka?
Apakah ibu mereka bukan merpati di langit jiwa?
Apakah ibu mereka bukan pintu kepada alam?
Apakah sang anak akan berkata kepada ibunya:
“Ibu aku telah menjadi antek modal asing;
yang memproduksi barang-barang yang tidak mengatasi
kemelaratan rakyat,
lalu aku membeli gunung negara dengan harga murah,
sementara orang desa yang tanpa tanah
jumlahnya melimpah.
Kini aku kaya.
Dan lalu, ibu, untukmu aku beli juga gunung
bakal kuburanmu nanti.”
Tidak. Ini bukan kalimat anak kepada ibunya.
Tetapi lalu bagaimana sang anak
akan menerangkan kepada ibunya
tentang kedudukannya sebagai
tiran, koruptor, hama hutan,
dan tikus sawah?
Apakah sang tiran akan menyebut dirinya
sebagai pemimpin revolusi?
Koruptor dan antek modal asing akan
menamakan dirinya sebagai pahlawan pembangunan?
Dan hama hutan serta tikus sawah akan
menganggap dirinya sebagai petani teladan?
Tetapi lalu bagaimana sinar pandang mata ibunya?
Mungkinkah seorang ibu akan berkata:
“Nak, jangan lupa bawa jaketmu.
Jagalah dadamu terhadap hawa malam.
Seorang wartawan memerlukan kekuatan badan.
O, ya, kalau nanti dapat amplop,
tolong belikan aku udang goreng.”
Ibu, kini aku makin mengerti nilaimu.
Kamu adalah tugu kehidupanku,
yang tidak dibikin-bikin dan hambar seperti Monas dan Taman Mini.
Kamu adalah Indonesia Raya.
Kamu adalah hujan yang dilihat di desa.
Kamu adalah hutan di sekitar telaga.
Kamu adalah teratai kedamaian samadhi.
Kamu adalah kidung rakyat jelata.
Kamu adalah kiblat nurani di dalam kelakuanku.
9. Puisi WS Rendra Sajak Anak Muda
Dibawah ini adalah sebuah puisi WS Rendra yang tergolong modern karya dari WS Rendra. Beliau adalah sastrawan fenomenal dalam dunia sastra Indonesia. Puisi dari WS Rendra dibawah ini cukup menarik untuk dibaca maupun didengar.
Hal itu bisa dilihat dari struktur pada baris dan baitnya yang memiliki isi otokritik pada kondisi bangsa Indonesia. Otokritik yang disampaikan WS Rendra adalah ketika masa penjajahan.
Puisi ini terdiri dari 17 bait yang setiap baitnya hampir semuanya mengungkapkan suatu sindiran pada bangsa Indonesia pada masa penjajahan. WS Rendra menyampaikan secara cerdas dan gamblang mengenai gambaran masyarakat pada saat itu.
Sajak Anak Muda
(W.S. Rendra) Jakarta, 23 Juni 1977
Kita adalah angkatan gagap
yang diperanakkan oleh angkatan takabur.
Kita kurang pendidikan resmi
di dalam hal keadilan,
karena tidak diajarkan berpolitik,
dan tidak diajar dasar ilmu hukum.
Kita melihat kabur pribadi orang,
karena tidak diajarkan kebatinan atau ilmu jiwa.
Kita tidak mengerti uraian pikiran lurus,
karena tidak diajar filsafat atau logika.
Apakah kita tidak dimaksud
untuk mengerti itu semua?
Apakah kita hanya dipersiapkan
untuk menjadi alat saja?
Inilah gambaran rata-rata
pemuda tamatan SLA,
pemuda menjelang dewasa.
Dasar pendidikan kita adalah kepatuhan.
Bukan pertukaran pikiran.
Ilmu sekolah adalah ilmu hapalan,
dan bukan ilmu latihan menguraikan.
Dasar keadilan di dalam pergaulan.
serta pengetahuan akan kelakuan manusia,
sebagai kelompok atau sebagai pribadi,
tidak dianggap sebagai ilmu yang perlu dikaji dan diuji.
Kenyataan di dunia menjadi remang-remang.
Gejala-gejala yang muncul lalu lalang,
tidak bisa kita hubung-hubungkan.
Kita marah pada diri sendiri.
Kita sebal terhadap masa depan.
Lalu akhirnya,
menikmati masa bodoh dan santai.
Di dalam kegagapan,
kita hanya bisa membeli dan memakai,
tanpa bisa mencipta.
Kita tidak bisa memimpin,
tetapi hanya bisa berkuasa,
persis seperti bapak-bapak kita.
Pendidikan negeri ini berkiblat ke Barat.
Di sana anak-anak memang disiapkan
untuk menjadi alat dari industri.
Dan industri mereka berjalan tanpa henti.
Tetapi kita dipersiapkan menjadi alat apa?
Kita hanya menjadi alat birokrasi!
Dan birokrasi menjadi berlebihan
tanpa kegunaan –
menjadi benalu di dahan.
Gelap. Pandanganku gelap.
Pendidikan tidak memberikan pencerahan.
Latihan-latihan tidak memberi pekerjaan.
Gelap. Keluh kesahku gelap.
Orang yang hidup di dalam pengangguran.
Apakah yang terjadi di sekitarku ini?
Karena tidak bisa kita tafsirkan,
lebih enak kita lari ke dalam puisi ganja.
Apakah artinya tanda-tanda yang rumit ini?
Apakah ini? Apakah ini?
Ah, di dalam kemabukan,
wajah berdarah
akan terlihat sebagai bulan.
Mengapa harus kita terima hidup begini?
Seseorang berhak diberi ijasah dokter,
dianggap sebagai orang terpelajar,
tanpa diuji pengetahuannya akan keadilan.
Dan bila ada tirani merajalela,
ia diam tidak bicara,
kerjanya cuma menyuntik saja.
Bagaimana? Apakah kita akan terus diam saja?
Mahasiswa-mahasiswa ilmu hukum
dianggap sebagai bendera-bendera upacara,
sementar hukum dikhianati berulang kali.
Mahasiswa-mahasiswa ilmu ekonomi
dianggap bunga plastik,
sementara ada kebangkrutan dan banyak korupsi.
Kita berada di dalam pusaran tata warna
yang ajaib dan tak terbaca.
Kita berada di dalam penjara kabut yang memabukkan.
Tangan kita menggapai untuk mencari pegangan.
Dan bila luput,
kita memukul dan mencakar
ke arah udara.
Kita adalah angkatan gagap.
Yang diperanakkan oleh angkatan kurang ajar.
Daya hidup telah diganti oleh nafsu.
Pencerahan telah diganti oleh pembatasan.
Kita adalah angkatan yang berbahaya.